2.1. Pandangan tentang Manajemen.
2.1.1. Definisi Manajemen
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas.
Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan yang dipergunakan di sini adalah berdasarkan pengalaman manajer. Manajemen merupakan suatu proses sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang-struktur-teknologi) dan bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan sistem.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu: perencanaan (Planning). Pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan (Leading), dan pengawasan (Controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknnya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Fungsi perencanaan antara lain fungsi manajemen yg berkenaan dengan pendefinisian sasaran untuk kinerja organisasi di masa depan dan utk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya-sumber daya yang digunakan yg dibutuhkan utk mencapai sasaran tersebut.
Fungsi Pengorganisasian meliputi fungsi manajemen yang berkenaan dgn penugasan mengelompokkan tugas-tugas ke dalam departemen-departemen dan mengalokasikan sumber daya ke departemen.
Fungsi Pemimpin menggambarkan manajemen yang berkenaan dengan bagaimana menggunakan pengaruh untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi.
Fungsi Pengawasan meliputi manajemen yang berkenaan dengan pengawasan terhadap aktivitas karyawan menjaga organisasi agar tetap berada pada jalur yang sesuai dengan sasaran dan melakukan koreksi apabila diperlukan.
2.1.2. Manajemen sebagai Ilmu
Konsep-konsep yang secara sitematis dapat menjelaskan dan meramalkan apa yang akan terjadi dan membuktikan ramalan itu berdasarkan penelitian. Setelah dipelajari selama beberapa zaman, manajemen telah memenuhi persyaratan sebagai bidang pengetahuan secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang-orang bekerja sama. Menurut Luther Gulick (1965) manajemen memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki serangkaian teori, meskipun teori masih terlalu umum dan subjektif.
Evolusi konsep, ide, pemikirn tentang manajemen bermula pada tahun 5.000 SM di Mesir. Pada masa itu, orang menggunakan catatan tertulis untuk oerdagangan dan pemerintahan.
Menurut Gulick manajemen menjadi suatu ilmu, jika teori-teorinya mampu menuntun manajer dan memberi kejelasan bahwa apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinkan mereka meramalkan akibat-akibat dari tindakan-tindakannya.
2.1.3. Manajemen itu suatu Kiat atau Seni
Menurut Mary Parker Follet dalam Stoner (1986) manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (The art of getting things dome through people). Hal senada juga diungkapkan Henry M. Botinger, manajemen sebagai suatu seni membutuhkan tiga unsur, yaitu: pandangan, pengetahuan teknis, dan komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen.
Demikian pula dalam hal hubungan antar manusia, struktur sosial, dan organisasi menuntut seorang manajer memahami ilmu perilaku yang mendasari manajemen. Akan tetapi, sebelum pengetahuan tersebut dikuasai, manajer harus bergantung pada intuisinya sendiri (karena informasi tidak memadai) dan melakukan penilaian sendiri.
2.1.4. Manajemen merupakan Suatu Profesi
Profesi adalah suaru pekerjaan yang menuntut persyaratan tertentu. Manajemen sebagai suatu profesi dituntut persyaratan tertentu. Seorang profesional menurut Robert L. Katz harus mempunyai kemampuan/kompetensi: konseptual, sosial (hubungan manusiawi), dan teknikal. Kemampuan konsep adalah kemampuan mempersepsi organisasi sebagai suatu sistem, memahami perubahan pada setiap bagian berpengaruh terhadap keseluruhan organisasi, kemampuan mengkoordinasikan semua kegiatan dan kepentingan organisasi. Sedangkan kemampuan teknik adalah kemampuan menggunakan alat, produser dan teknik bidang khusus, misalnya teknik penyusunan program, anggaran.
Seorang manajer profesional dibutuhkan oleh masyarakat/ konsumen dan pemerintahan karena prestasinya, sehingga atas dasar prestasi itu ia dibayar sebagai penghargaan dan pengakuaan terhadap eksistensinya.
2.2. Pandangan tentang Pendidikan.
2.2.1. Definisi Pendidikan
Driyarkara (1980) mengatakan bahwa pendidikan itu adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf mendidik. Dalam Dictionary of Education dinyatakan bahwa pendidikan adalah: (a) proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat merak hidup, (b) proses sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu dalam perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaannya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diidentifikasi beberapa ciri pendidikan, antara lain yaitu: (a) Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup, (b) untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi (materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang sesuai, dan (c) kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (formal dan non-formal).
2.2.2. Arah Pendidikan
Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu berbagai hal, seperti; konsep, prinsip, kreativitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Dengan kata lain perlu mengalami perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Melalui pendidikan dapat dikembangkan dalam kehidupan susila. Aspek lain adalah kehidupan relegius dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa dapat menghayati dan mengamalkan ajarannya sesuai dengan agamanya. Semua itu dapat dapat terwujud melalui pendidikan.
2.2.3. Pendidikan sebagai sebuah sistem
Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Jika pendidikan ingin dilaksanakan secara terencana dan teratur, maka berbagai elemen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan perlu dikenali. Untuk itu diperlukan pengkajian usaha pendidikan sebagai suatu sistem. Pengertian tentang sistem oleh Ryans (1968) didefinisikan sebagai “any indentifiable assemblageof element (object, persons, activities, information records, etc.) wich are interrelated by process or struture and wich are presumed to function as an organizational entity generating an obsercable 9or sometimes merely inferable product”.
Berpijak pada definisi di atas dapat diidentifikasikan bahwa sistem mengandung elemen yang saling berkaitan, merupakan satu kesatuan. Kesatuan itu berfungsi mencapai tujuan, membuahkan hasil yang dapat diamati/dikenali. Tinjauan pendidikan secara mikro untuk lebih jelasnya berikut di tampilkan sebuah diagram yang menggambarkan hubungan elemen pokok dalam usaha pendidikan.
Berdasarkan tinjauan mikro di atas peserta didik dan pendidik merupakan elemen sentral. Pendidikan untuk kepentingan peserta didik mempunyai tujuan dan untuk mencapai tujuan itu ada berbagai sumber dan kendala. Dengan memperhatikan berbagai sumber dan kendala kemudian ditetapkan bahan pengajarandan diusahakan berlangsungnya proses untuk mencapai tujuan. Keseluruhan elemen ini tidak lepas dari pengetahuan, teori, dan model-model pendidikan yang telah dimiliki, disusun dan dicobakan oleh para ahli.
Berbagai elemen dalam sistem pendidikan itu perlu dikenali secara mendalam sehingga dapat difungsikan dan dikembangkan. Di sinilah persoalan pentingnya penguasaan pendekatan sistem untuk mengkaji masalah-masalah, kelemahan, dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Dalam tinjauan yang lebih makro, sistem pendidikan menyangkut berbagai hal, P.H. Coombs (1968) menggambarkan sistem pendidikan secara makro melalui 2 diagram yang penulis anggap urgen, yaitu:
Diagram tersebut memperlihatkan komponen pokok, yang lepas dari lingkungan. Masukan dan keluaran mestinya dikatikan dengan unsur yang ada dalam masyarakat. Pada akhirnya produktivitas sistem tersebut berperan untuk masyarakat.
Pada akhirnya pendekatan sistem itu dipandang sebagai gaya manajerial (managerial style). Model umum suatu organisasi sebagai suatu sistem adalah menuntut adanya komponen masukan (input), transformasi, (proses) dan keluaran (output). Dapat di simpulkan bahwa pendekatan sistem dalam manajemen dan organisasi (pendidikan) adalah sebagai suatu metode yang berkaitan erat dengan usaha-usaha pemecahan masalah pendidikan yang kompleks. Hal itu dijalankan dengan memadukan berbagai unsur yang ada dengan menggunakan berbagai metode sehingga proses yang dilalui benar-benar dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia (John Dewey)
Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaanya (SA BRATANATA, DKK).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar